Saturday, September 4, 2010

Madhu

SEBELUM rindu, telah ia lupakan rindu
Ketika pecah fajar hari pertamanya itu

Mengibas sayap seperti menepis basah
Pada manik embun menghangat rasa salah

Ia kenang Kekasih seperti harum nektar
Sembunyi di ruang dasar bunga-bunga mekar

Dongeng itu baru saja, ia segeliat larva
Tak silau cahaya, karena ia tak bermata

Ia telah tahu begitu saja, yang memanggil
Yang menunggu, di sauna-embun-matahari itu

Adakah aku mencari? Apakah dia di sini?

Seperti pintu, kelopak itu membuang kunci
Mempersila rindu, mempersalah matihati

Putih putik adalah bibir rahasia Kekasih
tapi lidahnya kedap, manis tak terkecap

Juntai tangkai adalah lambai hati Kekasih
Memanggil ia dengan suara, sunyi Mahasuara

Hanya akan pulang ia, dengan embun bergula
Renjis-percik lagu, dari Madhu sesamudera

Apakah dia menanti? Ataukah dia sembunyi?

Di sayapnya, waktu mengepak dan hinggap,
Ia tak menolak, dan hari-hari lengkap...

Ia tak peduli, berapa bunga ia singgahi,
Dengung itu yang nanti menyunyi-menandai

Apakah Kekasih adalah bayang-bayang hari?
Angin yang jari, menunjuk pada serbuksari

Apakah Kekasih adalah diam yang menemani?
Terbang yang kelilingi tiga lingkar bumi

Apakah Kekasih adalah ada diri dia sendiri?
Awatara - yang menemui dan tak lagi mencari

Ketika telah ada, ia mungkin tak pernah ada
Hanya tubuh berganti, yang meneruskan kerja

Menjemput bening gula, manis yang rahasia
Sebelum jatuh bunga, dan buah tak menggumpa

Sayapnya nanti merapuh, lalu ia terjatuh...

Ketika nanti tiada, ia mungkin selalu ada
Pada Madhu, yang menyentuh lidah Kekasihnya