Sunday, April 15, 2007

Parodi Cinderela

/1/
MALAM selesai, sisa pesta belum dibereskan,
semua perempuan undangan menanggalkan sepatu,
meninggalkan yang sebelah kanan.

"Bersihkan, dan bakar saja segalanya," kata Pangeran,
"saya tak akan lagi terpedaya kisah dari dongeng lama."

/2/
"APAKAH itu harus saya musnahkan juga?" tanya pelayan,
menunjuk pada sebuah kutang sutra terpercik darah
tertinggal di tajam jeruji besi, di pagar gerbang istana.

/3/
DI kamarnya, Pangeran menciumi wangi susu bercampur
bau darah dari dada perempuan luka, yang tak dikenalnya
pada dada ibunya. "Siapakah perempuan yang semalam
pulang dengan gaun koyak di muka, bertelanjang dada?

Di kamarnya, Cinderella memegangi nyeri di dada. Seperti
dirasakannya, dengus dan hirup nafas seorang lelaki, dan
luka lain, luka pertama yang nanti hendak ia persembahkan.

Tiba-tiba dia rindu pada suatu kelak, ketika ia menyusui
anak lelakinya sendiri. "Wajahnya seperti Pangeran yang
kulihat di pesta istana, yang semalam hanya kusaksisan
dari kejauhan, dari luar pagar, dari balik halangan."

/4/
AKHIRNYA dongeng pun berakhir bahagia. Cinta yang
sederhana mempertemukan Pangeran dan Cinderella, setelah
lama digelar Sayembara Kutang Sutra, dan para perempuan
bersiasat mencakari dada sendiri, melukai payudara.