Friday, August 22, 2003

Tentang Air

dari sajak Water oleh Pablo Neruda



Ketika segala meremang, tegak berdiri di bumi,

semak mencakarkan duri, dan benang hijau

menjelujur jauh, petal pun luruh, gugur jatuh,

luruh dan jatuh, yang menjelma jadi sisa satu-satunya bunga.

Air pun menjadi ihwal lainnya.

Air yang tak berarah, tapi jernihnya yang tenang

mengarus menembus seluruh imajinasi warna-warna,

menyerap kearifan yang tegas ada pada batu

dan pada peranan yang ia mainkan

ada yang sangat diinginkan buih. Yang tak pernah terwujudkan.