Wednesday, March 4, 2009

Nanti Aku akan Singgah di Kafemu

: Solopuccino


DAN lekas memohon untuk segelas kopi
yang segera kubayangkan jadi puisi:
hitam matang serbuk keping-keping biji,
manis yang tak bisa dicicipi oleh
serat batang tebu - yakinkan di ujung
syaraf lidah kita - dan hangat kepul uap
pada ketel itu (siapa yang larut pada
apa, sebenarnya?)

Aku akan bayangkan, kopi yang kau sajikan
mengambil hitamnya dari langit malam,
menciptakan kepul uap dari hangat igauan

dan manis itu? Ia kristal yang tak berdaya
pada takaran, bahkan pun bila ditiadakan!

Ya, nanti aku akan singgah di kafemu itu
dan lekas meminta hangat perbincangan:
Mungkin tentang kaos yang kau kenakan,
Semar dan Mister Bean (siapa bicara
dalam bahasa apa, sebenarnya?)