Saturday, December 27, 2003

Pukul Duabelas

Syair Rabindranath Tagore



Setelah bersama bukuku sepanjang pagi, Ibu

Sungguh aku ingin berhenti sebentar belajar.



Katamu, ibu, inikan baru jam dua belas siang.

Tapi mungkin tak lagi, sebab bisakah kau pikir

ini sore hari meskipun baru pukul duabelas?



Bisa dengan mudah kubayangkan, sekarang

matahari mencapai ujung sawah itu, dan nelayan

perempuan sedang memetik pucuk-pucuk untuk

makan malamnya, nun di sana di sisi telaga.



Maka kututup saja mataku dan menerawangkan

bayang-bayang berkembang semakin gelap

di bawah pohon madar itu, dan permukaan air

di telaga itu tampak hitam berkilau-kilauan.



Bila pukul dua belas bisa mendatangi malam hari,

kenapa malam tak bisa tiba di pukul dua belas?